Tuesday 21 July 2009

Ternyata Kita Wajib Mendua

Eits, jangan salah sangka dulu.. Mendua dalam hal apa? Kuliah dan ngaji (maksudnya mengkaji Islam). He.. ketipu ya? Cz selama ini sebagian kita khawatir kalau mahasiswa yang mendua alias yang ikut ngaji itu akan terganggu akademiknya? Lulusnya molor plus tidak amanah dengan kewajiban dari orang tua gara-gara waktunya gak cuma buat kuliah saja. Dan bener gak sih kewajiban kita sekarang itu cuma kuliah? Penasaran? So, jangan bergeser dulu dari mading ini ya.. Lets check it out!
Istilah ngaji sudah mulai popular di tengah-tengah mahasiswa. Kalau dulu kita bayangin ngaji itu pasti di pesantren atau TPA, ternyata mengkaji Islam bisa juga walaupun kita sudah kuliah di kampus. Tentunya gak sekedar belajar ngaji baca Al-Quran saja dong. Ngaji yang ini bakal menambah wawasan dan merubah cara pandang kamu tentang kehidupan dengan mindset Islam. Bahkan kamu bakal tahu solusi semua masalahmu, masalah keluarga kamu dan juga masalah umat. Trus gimana dunk, kalo kita kuliah di ITS dengan seabrek tugasnya yang bikin mahasiswa seringkali jumpalitan? Bahkan ada yang sampe gak sempet mandi karenanya.hi.. Bisa bagi waktu untuk ngaji Islam gak ya?
Gini sobat, jangan sampai kesempatan mengkaji Islam sirna gara-gara kamu hanya fokus pada urusan kuliah dan lainnya. Karena keduanya sama-sama wajib. Bahkan menuntut ilmu Islam hukumnya wajib ‘ain alias gak bisa diwakilkan kepada orang lain. Kita harus belajar untuk kepentingan kita sendiri. Coba bayangin, kalau temen kita udah belajar fiqh sholat trus juga melakukan sholat apa kewajiban kita untuk sholat juga gugur karena udah diwakilkan teman kita itu tadi. Nah, kalo mempelajari ilmu umum/science, hukumnya wajib kifayah, jika sudah ada yang kompeten dalam bidang science tertentu, maka ketika kita mempelajari bidang tersebut , ya tidak masalah. Kalopun toh tidak, juga tidak apa-apa karena memang sudah ada pihak yang berkompeten.Tapi bukan berarti disepelekan lho. Dua-duanya bisa kita raih kok. Yakin saja asal kita bisa bagi waktunya.
Ternyata banyak teman-teman kita yang di luar prestasinya sebagai juara PKM, PIMNAS, bahkan MAWAPRES ternyata mereka masih bisa ngaji dan dakwah. Karena mereka yakin kalo ngaji itu wajib. Sedangkan kalo prestasi akademik merupakan rizki yang diberikan Allah pada kita. Segigih apapun kita belajar untuk akademik,bahkan sampai meninggalkan kewajiban kita untuk mengkaji Islam, tapi jika ternyata Allah berkehendak untuk kita lulus lebih dari target karena suatu hal yang tak terduga misalnya. Tapi bukan berarti kita pasrah terhadap qodho’ lho, hukum sebab akibat disini tetap berlaku, karena Allah akan menilai ikhtiar yang kita lakukan.
Atau kita juga bisa menengok ke belakang. Kata orang bijak, belajarlah dari sejarah! Cie.. bagaimana para cendekiawan muslim pada masa khilafah memiliki kedalaman ilmu di bidangnya, tapi juga bisa hafal Al-qur’an di usia muda. Misal di bidang kedokteran, nama Ibnu Sina sudah tak asing lagi di telinga kita. Bapak kedokteran modern inilah bersama-sama saudara cendekiawan muslim lain seperti Al-Kindi, Ar-Razi, Ibnu An-Nafis dan Abu Al-Qarim Az-Zahrawi pernah menjadikan kedokteran Islam Berjaya. Semua prestasi mereka ternyata juga di dukung oleh Negara lo. Semua riset dan aktivitas yang disitu berperan dalam menyehatkan umat di biayai oleh Negara. Maka gak heran kalo mereka bisa produktif dalam berbagai prestasi. Didikan khilafah terhadap ketakwaan individu yang membuat mereka ingin membrikan manfaat bagi umat dan Negara juga berperan dalam hal ini.
So, apalagi yang kita ragukan. Jadikan aktivitas mengkaji Islam itu sebuah hal yang menyenangkan. Dan jangan sekali-kali dianggap sebagai beban. Lakukanlah karena motivasi cinta karena Allah dan RasulNya, yang lama-lama akan menjadi kebiasaan yang membentuk kita menjadi muslim sejati yang tangguh. So, what are you waiting for? Mari kita dahulukan kuliah, tapi mengutamakan ngaji. (lho?) Maksudnya dua – duanya jalan. Oke? Sip? Mendua? Siapa takut!